katantyra

Tanty · @katantyra

31st Dec 2012 from Twitlonger

A Zayn love story #ZLS
"Truly, Madly, Deeply" #Part16
Part XVI -Goodbye London-


Written by: Admin Tanty (@katantyra)





Have a good reading!:-)









“You are the shelter of my soul, heal my heart when I loose control, only love creates a masterpiece like
you.” (Nares)
________________



4.59am

Nares’ room

Nares terbangun tepat ketika jam digital di atas night stand berdering lima kali menandakan pukul lima
telah tiba. Langit di luar masih kelabu, menyisakan sedikit kepekatan malam yang terasa melenyapkan
cahaya. Ia membuka pintu kaca menuju balkon dan menggigil sedikit ketika dinginnya angin musim
gugur berhembus meniup lembut kulitnya. Ia segera masuk lagi ke kamarnya sebelum merasa benar-
benar beku terkena angin musim dingin. Suhu menunjukkan angka tujuh derajat celcius di pengukur
suhu ruangan yang terletak di balkon.

Ia hampir saja kembali tertidur sebelum menyadari hari apa ini. Tidak, ini bukan hari yang special.
Baginya ini adalah hari yang sedikit…. Menakutkan? Ya. Mungkin agak sedikit menakutkan bagi Nares.
Hari ini, tepat pukul 7.45 malam nanti, sebuah pesawat akan terbang meninggalkan London bertolak
menuju Amsterdam. And only God knows what would happen in the future between Nares and Zayn.
Yap, dengan bertolaknya pesawat itu berarti hubungan selama beberapa minggu ini akan harus segera
diakhiri. Mau tidak mau, suka tidak suka, rela tidak rela. Ada harga yang harus dibayar untuk sebuah
kata cinta.

Nares sedang menyusun rapih koper-kopernya ketika telepon genggamnya bergetar menandakan ada
sebuah pesan singkat yang masuk ke telepon genggamnya. Vazil.

‘just arriving London, and if you want me to pick you up just call me asap. C U –Alvazil’

Alvazil Wirasena Kromowiryo, yap kakak kandung Nares. Lelaki pertama sebelum ayahnya yang ia
rela mati untuknya. Baru saja datang dari Cambridge. Kurang bodoh apa Vazil itu, bisa-bisanya datang
dari Cambridge di pagi buta seperti ini. Padahal pesawat mereka kan baru berangkat pukul 8 kurang.
Entahlah, Vazil memang selalu seperti itu. Hampir selalu tak pernah mengerti dengan benar waktu yang
harus dicapai dengan spare waktu yang ada. Nares bingung mengapa Vazil bisa survive tinggal di London
dengan kehidupan yang bahkan lebih ketat daripada Jakarta, lebih melelahkan dari Jakarta. Yah, kita
memang tak pernah tahu seberapa kuat kita sampai pilihan terakhir adalah untuk menjadi kuat bukan?

Nares segera beranjak keluar kamar sebelum ia memperhatikan bahwa lampu dapur menyala remang
diantara gelapnya cahaya matahari yang belum muncul. Nares jelas patut heran, pasalnya, Zayn tak
pernah sekalipun menyentuh dapur sebelum Nares datang. Lalu siapa yang ada di dapur sekarang?
Nares berjalan dengan berjinjit, mengendap-endap, seakan-akan yang akan dia temui adalah penjahat
kelas kakap. Namun jarak berubah memendek, dan akhirnya ia bisa menerka dengan jelas siluet siapa
yang ada di depannya. Tak lain dan tak bukan, Zayn.

“Zayn?” Tanya Nares pelan

“uhuk… uhm uh hey Nares” jawab Zayn terbatuk sebelum akhirnya bertanya tanpa menoleh ke arah
Nares, “what are you doing this early?” lanjut Zayn bertanya

“Guess I should be the one asking you that. What are you doing this early?” Tanya Nares yang penasaran
akhirnya duduk di bangku tinggi di sebelah kanan Zayn. Mata Nares masih harus beradaptasi dengan
lampu kuning yang menyorot terang di atas meja makan. Sementara ada aroma tak sedap yang muncul
dari dekat situ. Setelah akhirnya Nares dapat memfokuskan pandangan dan pengelihatannya dan
dengan pandangan kaget mengetahui betul apa yang ada di depannya, sebotol red wine dan sebuah
asbak penuh abu rokok, “ZAYN?!” pekik Nares kaget melihat Zayn, setelah diperhatikan rambut Zayn
tidak tertata seperti mana biasanya. Tak ada jambul yang menghiasi kepalanya, mungkin ia baru bangun
tidur, pikir Nares awalnya. Tapi kini Nares tahu, apa yang Zayn lakukan pada akhirnya.

“you can mad at me if you want to…” jawab Zayn pasrah melihat mimic muka Nares yang seakan hampir
menamparnya

“what the hell did you do?! What the fuck are these things?! Zayn, you know you cant drink this, why
did you?” Tanya Nares kalap tak bisa mengontrol emosinya

“as you see drinking, smoking” jawab Zayn dengan mata memerah

“……..” tapi Nares tak menjawab, hanya tatapan marah bercampur kecewa yang dapat ia lontarkan
pada akhirnya, “I know that and why would you do that?” Tanya Nares setelah kemarahannya teredam
kecewanya

“……….” Dan sama seperti Nares, tak ada jawaban. Hanya tangan Zayn yang terus menyentil ujung
rokoknya, menjatuhkan abu rokoknya yang sudah terbakar menjadi serbuk berwarna abu-abu dan putih

“Zayn, do you have something to say?” Tanya Nares lagi, masih seperti tadi, tetap tak ada jawaban.
Hanya gelengan kecil kepala Zayn yang menjadi pertanda Zayn tak ingin menjawab, “Zayn, please… at
least say something!” teriak Nares frustasi

“leave me alone” jawab Zayn kasar

“WHAT?!” Tanya Nares yang kini nadanya meninggi lagi

“leave.me.alone. don’t you hear that?” Tanya Zayn dengan nada kasar dan enggan

Dan kini hanya air mata yang menetes sedikit demi sedikit di pipi Nares. Menggenang di pelupuk
mata Nares, enggan untuk jatuh tapi jelas tak mungkin untuk kembali masuk. Nares tak habis pikir,
laki-laki yang selama ini melindunginya dari segala macam bahaya yang mengancam kini ia juga yang
menciptakan bahaya itu sendiri. Dan Nares hanya disana, berdiri mematung tanpa sedikitpun kakinya
beranjak dari tempat dimana ia berpijak sekarang ini. Ia tak pernah tahu laki-laki yang semalam tadi
membelai lembut bibirnya, kini ia juga yang menampar hati Nares dengan kata-katanya yang tidak
senonoh.

Nares tak tahu apa yang terjadi berikutnya, ketika ia merampas rokok yang sedang dipegang Zayn.
Membawa serta asbak dan botol red wine yang sudah setengah kosong dan membuangnya dengan
kasar ke tempat cuci piring hingga berbunyi nyaring yang memekakan telinga. Sebelum akhirnya ia
terisak cukup keras dan berlari ke luar flat Zayn dengan hati hancur dan penuh kebencian yang meluap.
Ia berlari pada kencangnya laju mobil yang menderu di jalan protocol depan flat Zayn. Ia hampir
saja menyeberang dengan sembarangan ketika ada dua tangan besar yang menahannya sebelum ia
menyusuri jalan raya.

“Harry?” Tanya Nares diantara rintik-rintik gerimis yang memburamkan pandangannya

“what the hell did you just tryna do?” Tanya Harry pada Nares yang terkulai lemah di dalam
dekapannya. Tetapi yang ditanya hanya menggeleng lemah dan semakin lemah dalam dekapan Harry
hingga akhirnya Harry menyadari bahwa Nares tak sadarkan diri

“Nares??!!”

“…….”

“Nares????!!!!”

“……”

“NARES!!!! NARESSSS!!!!!”

Harry berteriak pada Nares yang terkulai tak berdaya di hadapannya ketika sesosok Zayn datang dengan
langkah tergesa-gesa.

“What happened?” Tanya Zayn setengah sadar belum menyadari apa yang ada di depannya

“she’s fainted, I don’t know she’s just fainted when I caught her” teriak Harry tak menyadari keadaan
Zayn yang sudah setengah slammed di hadapannya

“lets get her to my place” ucap Zayn sambil membantu Harry mengangkat Nares

6.55am

Sudah hamper pukul 7 pagi dan belum ada tanda-tanda Nares akan segera terbangun. Barusan Zayn
habis-habisan dimarahi Harry karena Harry berfikir bahwa Zayn lah penyebab kondisi Nares sekarang
ini. Dan tak mengherankan bukan, dengan perlakuan yang diterima Nares dan trauma akan kepergian?
Zayn memang menelfon Harry pukul 4 tadi, ia meminta Harry untuk segera datang ke flat Zayn. Tapi
sepertinya Harry tak terlalu mengindahkan permintaan Zayn dan kembali tertidur sebelum akhirnya

benar-benar terjaga karena telefon kedua dari Zayn dan segera bergegas menuju flat Zayn. Dan sebelum
sampai di flat Zayn, ia menemukan seorang gadis dalam kecepatan secepat angin berlari dari arah
apartemen Zayn dan hampir saja tertabrak mobil kalau saja ia tidak segera mencegahnya. Ia baru
tersadar ketika mendengar suara gadis itu memanggil namanya dengan isakan hebat. Dan tak lama
kemudian, gadis itu sudah tak sadarkan diri. Zayn baru saja memikirkan kemungkinan terburuk yang ada
ketika ia melihat gerakan lemah tangan kiri Nares yang sejak tadi ia genggam

“Nares?” tanyanya tergesa melihat Nares akhirnya terbangun

Namun yang ditanya masih diam mematung. Melihat apa yang membuatnya pingsan, melihat apa
yang paling ingin dihindari malah disini, di sampingnya, menggenggam lembut sebelah tangannya.
Nares hampir saja terus mematung kecuali sensasi panas air matanya yang turun dari pelupuk mata
menyadarkannya bahwa ini nyata, ia tak lagi ada di alam bawah sadarnya. Ia di sini. Di sebelah Zayn
Malik, laki-laki yang selama ini ia berusaha mati-matian untuk ia benci tapi tetap saja tak bisa.

“I know I’m really sorry for what I did” ucap Zayn mengawali paragraph panjangnya berikutnya, “I know
what I did was wrong. And it’s all because of you. I just cant handle it that finally I have to admit it that
youre about to go. And youre here still pretending youre care about me, while you were just about to
leave me alone. Im trying hard to hate you, but that’s just make me hate myself more. Because funny
how the thoughts of losing you makes me crazy, the thoughts of forgetting you means like a suicide for
me” ujar Zayn sambil mengecup lembut punggung tangan Nares

“you know what Zayn, it hurts me too. The fact that I finally fall into you, the fact that love is literally not
allowed between us. It kills me even more. You just taught me what it feels like to have a man to always
cuddle you during the storm, to be silly with, to be just enjoying yourself around, who knows all your
flaws but still yourself perfect. I mean I never have a man like that. It’s always been around me, myself
and I” jawab Nares yang tak kuasa membendung isak tangisnya

“if I could just tell the truth, Im trying to be the best I can be. I tried to stop smoking because I know you
hate it, you say you’d free your friends about that but I’m not your friends. So I force myself to stop, and
see? You’re leaving me, as easy as that” jelas Zayn

“just for you know, you gave me a chance to see boys just the way they are. You made me believe that
a heart is always a home as long as there always be love wrapped all around it. You made me see things
better, you took me as I was the only girl you could’ve ever love the whole life” balas Nares

“and you taught me what is love. What it feels to be loved truly from the bottom of your heart. I was
once a player, a womanizer, I used to play with girls, flirting around and completely forgetting that they
have hearts too. But you told me that youre here, not trying to be loved, but I love you anyway. And I
know when they say karma does exist, it really does. Now I know what it feels like to be left” aku Zayn
dengan terang-terangan, membuat hati Nares semakin sakit mendengarnya. Mengetahui bahwa ada
cinta yang seharusnya sudah ia perjuangkan

“and I’m just sitting here, pretending that you’re nothing for me. But the more I try to hide the feelings,
the more it grows threatening me”

“But I cant go any further than this, I really have to go. This love between us they never have to be
meant for us, as you said I should’ve just leave, now I will. But remember when someday you feel like
you don’t have anyone loved you, I always do. Here and there. Now and then. Forever and always”
lanjut Zayn mencium kening Nares dan meninggalkan kamar Nares sendiri. Membuat Nares meratapi
how lucky she was, until the flight came and finally she really has to go.

***


4.25pm

Kromowiryo’s

Nares baru saja selesai mandi ketika ia menyadari bahwa sekarang sudah pukul setengah lima,
sementara pesawatnya akan boarding pukul setengah tujuh. Ia segera bergegas mengambil kemeja
berbahan sutra, celana jeans berwarna hitam dan scarf berwarna biru tua kesukaannya. Ia juga tak lupa
memoles wajahnya dengan bedak tipis dan olesan lip gloss di bibirnya. Ia mengambil ugg boots yang
lembut dan hangat dari tumpukan sepatu-sepatu di kopernya. Dan segera memakaikan dirinya mantel
perjalanan dari burberry yang juga berwarna hitam. Sebelum ia membawa semua koper-kopernya
keluar, ia juga memakai sepasang sarung tangan hitam dan segera keluar menuju panggilan kakaknya,
Vazil.

“are you ready?” Tanya Vazil yang tampak ragu dengan wajah pucat adiknya

“I’m fine. Come on don’t look at me like I’m gonna faint anywhen” ajak Nares dan segera memasukkan
koper-kopernya ke dalam taksi yang sudah dipesan Vazil

“well then if you say so, let me help you” seru Vazil sambil membantu Nares memasukkan kopernya ke
bagasi taksi

Langit mendung, mungkin sebentar lagi hujan akan turun. Dan Nares bersyukur ia berangkat lebih awal
karena jalanan pasti akan menjadi ajang parkir mobil kalau sudah begini kejadiannya. Hujan di Eropa
bukanlah tipikal hujan di Asia yang masih berbaik hati pada pengendara kendaraan bermotor, hujan di
Eropa akan turun pada musim gugur. Dengan intensitas yang meninggi semakin lama dan hujan yang
tidak bersahaja. Hujannya akan turun tanpa ampun dan dengan mudahnya menghalangi jarak pandang
kendaraan bermotor. Untunglah ini bukan Rusia, kalau Rusia mungkin ia sudah menyerah ampun pada
suhu dingin yang mencekat dan titik hujan yang super besar yang bahkan sakit ketika menyentuh
kulitnya.

Nares terduduk diam di samping kanan Vazil di bangku belakang ketika hujan sedikit demi sedikit mulai
turun deras membasahi bumi. Nares mulai tertengok pada jendela di sebelah kanannya. Menampilkan
samar pemandangan bangunan khas kota London yang terhalang derasnya rintik hujan. Sementara
desah suara vokalis Coldplay, Chris Martin, terdengar mengalun lembut dari radio yang diputar di taksi.

Nobody said it was easy

Oh it’s such a shame for us to part

Nobody said it was easy

No one ever said it was so hard

Oh take me back to the start..

Yah, betulkan? Tak ada yang pernah mengatakan bahwa meninggalkan seseorang yang kita cintai dan
mencintai kita akan menjadi seberat ini. Tak ada yang pernah mengatakan bahwa meninggalkan sesuatu
yang telah terbiasa akan menimbulkan luka sesakit ini. Dan kini yang Nares ingin hanyalah kembali ke
awal. Dimana ia dan Zayn biasa bersenda gurau, bertukar pandang dan pikiran, duduk di satu meja
hanya untuk membicarakan hal tak penting, menumpahkan segala ketakutan yang ada di benaknya.
Layaknya waktu itu, layaknya dahulu. Ketika mereka masih bersama. Dan tak ada yang bisa memisahkan
mereka berdua. Tak juga waktu, tak juga malam, tak juga orang lain yang pernah terlintas di benak
mereka berdua.

Bukan seperti ini, bukan di sini. Mereka berdua terpisahkan oleh tembok tebal tak kasat mata. Entah
dimana Zayn berada, sementara ia disini. Mengais kepingan hatinya yang tercerai berai. Berusaha
membuatnya utuh kembali. Menatap hujan yang tak kunjung reda, seakan mengejek dirinya, menangisi
kesedihannya, merenggut kebahagiaan yang selama ini selalu dibawa sang mentari siang. Mengolok
Nares seakan untuk menangisi kebahagiaannya yang tertinggal bersama Zayn. Memaksanya untuk tak
melepaskan apa yang selama ini ia pikir miliknya, ternyata tidak. Atau bahkan mengejeknya, semakin
membuatnya terperosok ke dalam karena merasa memiliki apa yang bukan miliknya.

Nobody said it was easy

Oh it’s such a shame for us to part

Nobody said it was easy

No one ever said it was so hard

I’m going back to the start…


























as I promised you yesterday, I'm posting it today! yay, this is my 16th part. I'm sorry if there any typos or all, I need your comment guys. I hope you love this and lastly, Happy New Year! :)


xoxo
Tanty

Reply · Report Post