Kopassus Tetap Ganas Cari Duit Di Bar, Polisi Dianggap Angin Lalu


Kopassus Tetap Ganas Cari Duit Di Bar, Polisi Dianggap Angin Lalu



Oleh: Mega Simarmata, Editor in Chief KATAKAMI



Jakarta, Selasa 6 Oktober 2015 (KATAKAMI.INFO) --- Masih ingat kejadian yang mengejutkan Indonesia di penghujung bulan Mei lalu?

Ada anggota Grup 2 Kopassus di Solo, main jotos di bar, dan korban yang dijotos itu langsung modar alias tewas.

Empat anggota Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) dikeroyok seitar 25 orang anggota Grup 2 Kopassus, di depan Kafe Bimo di Sukoharjo, 31 Mei 2015 dini hari.

Akibatnya, satu orang tewas dan satu lagi masih belum sadarkan diri di Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara Suhardi Hardjolukito Yogyakarta.

"Satu anggota meninggal dunia atas nama Sersan Mayor Zulkifli (39). Satu orang masih kritis dan belum sadar atas nama Pelda Teguh Prasetyo," kata Kepala Penerangan dan Perpustakaan Landasan Udara TNI Angkatan Udara Adisutjipto, Mayor (Sus) Hamdy Londong Allo, Selasa, 2 Juni 2015.

Zulkifli merupakan Bintara Sarban Dislog Detasemen Markas Mabes TNI Angkatan Udara asal Ciracas Jakarta Timur.

Sedangkan Teguh adalah anggota Skuadron Teknik di Landasan Udara di Madiun.

Zulkifli meninggal dunia pada Senin, 1 Mei 2015 sekitar pukul 21.30 WIB. Setelah dioutupsi di Rumah Sakit Umum Pusat Sardjito Yogyakarta, jenazah diterangkan ke Jakarta dengan pesawat Hercules A-1327 dari Adisutjipto, Selasa siang, 2 Juni 2015.

Kejadian jotosan maut ala Kopassus ini, tidak di tindak-lanjuti secara baik dan benar oleh Mabes TNI.

Dari mulai Danjen Kopassus, Komandan Grup 2 Kopassus, sampai ke semua jajaran Asisten di Mako Kopassus Cijantung, tak ada satupun yang dikenakan sanksi tegas.

Sekarang, tanpa diketahui samasekali oleh publik dan media massa, kejadian yang serupa tapi tak sama, kembali terulang.

Bedanya hanya masalah tempat.

Kalau kejadian jotosan maut bulan Mei lalu terjadi di Solo.

Kejadian yang terbaru ini, terjadi di ibukota DKI Jakarta.

Kronologisnya, kira-kira seperti ini:

Pada hari Jumat (malam) tanggal 2 Oktober 2015, seorang pemuda Flores NTT yang notabene dalam keadaan mabuk, ingin menikmati lantai dansa di sebuah bar yang ada di Jalan Falatehan, Jakarta Selatan.

Nama bar itu adalah My Bar.

Di bar ini, mayoritas yang minum-minum, biasanya kalangan ekspatriat atau Bule Bule.

Pemuda Flores itu tak tahu bahwa bar itu dijaga dan dibekingi oleh oknum Kopassus.

Tetapi malam itu, anggota Kopassus itu tidak mengenakan seragam dan baret merahnya untuk menjalankan side job alias pekerjaan sampingan sebagai centeng atau tukang pukul di bar tersebut.

Begitu melihat ada tamu tak diundang datang dalam keadaan mabuk hendak berdansa, centeng yang "diekspor" dari Cijantung ini memberi peringatan agar pemuda Flores tadi tidak berdansa di bar itu.

Tetapi karena peringatannya tidak ditanggapi, keluarkan watak asli anggota Kopassus yang ganas, liar dan brutal ini.

Bak Buk Bak Buk!

Kopassus ini menghajar habis-habisan pemuda Flores tadi.

Gemparlah bar itu.

Untung pemuda Flores itu tidak mati konyol, seperti yang terjadi di Solo akibat jotosan maut Anggota Grup 2 Kopassus.

Di sepanjang Jalan Falatehan itu, tak ada polisi yang mau mencampuri urusan TNI yang pada malam hari berubah wujud jadi centeng.

Sebab di bar atau cafe lainnya, yang dibayar menjaga adalah Marinir.

Bedanya, kalau Marinir, tidak main jotos sebagai kecenderungan anggota-anggota Kopassus kalau sudah unjuk gigi di bar atau cafe.

Pertanyaannya, hellowwwww, Panglima TNI, kemana aja anda, dan apa saja kerjaan anda, sepanjang menjadi orang nomor 1 di jajaran TNI?

Apa anda kira sudah cukup, dengan menggelar Upacara HUT TNI di luar kota, Cilegon pula, mengikuti gaya lama rezim lalu di akhir kekuasaan Presiden Sby yang ingin "show of force" dengan mengadakan HUT TNI di Surabaya.

Buang-buang uang dengan menggelar HUT TNI di luar kota, untuk sekedar gagah-gagahan.

Camkan ini baik-baik.

Tugas Kopassus, termasuk Marinir, bukan jadi centeng atau beking di bar dan cafe.

Polisi seolah dianggap tak ada di negara ini, khususnya di ibukota Jakarta, sebab tentara-tentaranya butuh uang tambahan dengan cara jadi centeng dan jadi beking klub klub malam.

Kejadian di Solo saja, tidak ada tindak lanjutnya.

Kopassus tak ada jeranya.

Terus liar dari bar ke bar dan dari cafe ke cafe.

Shame on you, Kopassus! (***)




MS

Reply · Report Post