mujitrisno

· @mujitrisno

3rd Mar 2015 from Seesmic

Copas, smg mjd 'ibrah akan sedikitya ilmu kita

D ari ustadz taufik (mahasiswa lipia, guru ana bhs arab) : dari
ustadz abdullah zaidi bercerita kepadaku...
"anta tau tidak kalau ada satu suku yang sangat disegani oleh
masyaikh saudi, namun berasal dari luar as su'udiyyah?"
"suku apa itu ustadz?"
"pernah dengar mauritaniyyah?"
"belum ustadz, kenapa mereka disegani ustadz?"
"karena kebiasaan mereka dalam menuntut 'ilmu yang sangat
luar biasa... jika ada seorang anak kecil disana berumur 7 tahun
belum hafal qur'an itu akan sangat memalukan kedua
orangtuanya... bahkan 7 dari 13 doktor di mediu berasal dari
mauritaniyyah."
"Masya Allah, bagaimana sistem pengajaran mereka?
"pertanyaan anta jamil... memang kita bukan hanya harus
takjub, tapi kita harus meniru sistem yang mereka gunakan. jadi
begini akhi...
mereka itu mendapatkan pendidikan al qur'an bukan hanya
sejak kecil, tapi sejak BAYI...
ketika ada seorang ibu hamil, dia tidak akan menghabiskan
waktu hanya tidur di kasur. ibu tersebut akan menyibukkan diri
untuk muroja'ah hafalannya... hingga ibu itu terasa letih
karenanya...
setelah bayi itu lahir, keluarga yang akan muroja'ah... misalkan
seorang anak akan muroja'ah kepada bapak atau ibunya, maka
DIWAJIBKAN untuk dia muroja'ah di depan adiknya yang masih
bayi pula...
jadi ketika ibunya sedang menggendong bayi tersebut, kakaknya
muroja'ah kepada ibunya... kalaupun suara tangis bayi
mengganggu kakaknya ya itulah tantangan untuk anak
tersebut..."
"Masya Allah, lalu sistem ketika menginjak remaja gimana
ustadz?"
"ahsanta, ketika mereka berusia 7 tahun ke atas, mereka akan
pergi kepada masyaikh untuk belajar agama. mereka tidak
belajar di dalam kelas... jadi para masyaikh setempat membuat
tenda di tengah gurun, dan di dalam tenda itulah proses belajar
mengajar dilakukan... mungkin dalam fikiran kita menyakitkan
karena panasnya. namun itu nikmat untuk mereka karena rasa
ingin tau yang tinggi pada diri mereka menjadikan SEDIKIT
'ILMU adalah NIKMAT DAN RIZQI YANG MELIMPAH UNTUK
MEREKA, BUKAN HARTA...!!!"
"Masya Allah Masya Allah Yaa Ustadz..."
"Na'am, ketika syaikh tersebut berkata, "istami'..." maka
semuanya menatap syaikh tersebut dan menyimak dengan
seksama. tidak ada yang berani menulis bahkan bermain
pulpen, karena akan dimarahi... setelah syaikhnya menerangkan
panjang lebar barulah mereka menulis... mereka menulispun
juga bukan di selembar kertas. mereka menulis di batu, daun,
kulit pohon atau sejenisnya yang mereka bawa dari rumah,
kenapa tidak pakai kertas? karena memang itu dilarang, dan
mereka hanya membawa selembar... setelah mereka menulis
maka tulisan mereka yang berasal dari ingatan mereka itu
ditunjukkan ke syaikh, kalau ada kesalahan maka akan
dikembalikan untuk dibetulkan hingga semua santrinya
menuliskan semua yang diucapkan syaikh... itu menunjukkan
SYAIKH TERSEBUT HAFAL APA YANG DIUCAPKAN.
Masya Allah... Ketika semua santrinya telah menuliskan dengan
benar maka syaikh memerintahkan untuk dihapus..."
"Dihapus ustadz? lalu mereka tidak punya catatan pelajaran
hari itu dong?"
"Laa yaa akhi, ketika semuanya sudah benar itu menunjukkan
pelajaran yang disampaikan oleh syaikh sudah HAFAL DI LUAR
KEPALA. Jadi catatan mereka ya ingatan mereka itu... Setelah
semuanya benar dan telah dihapus, maka syaikh melanjutkan
pelajarannya... begitu seterusnya sampai pelajaran di hari itu
habis. Setelah mereka pulang ke rumah, barulah apa yang
mereka INGAT mereka tulis ulang dalam buku-buku mereka...
Di usia 17 tahun, mereka sudah bisa mengeluarkan fatwa, yang
berarti mereka sudah menjadi MUFTI..."
"Masya Allah, merinding ana ustadz..."
"Jamil... Dulu ketika ana di lipia ada cerita menarik, dosen ana
ketika ingin mencari atau mengingat-ingat sebuah hadits maka
beliau bertanya kepada temannya yang masih berstatus
mahasiswa S2, karena apa?
Karena ikhwan ini sudah hafal kutubus sittah, bulughul marom,
shohihain, dan sekarang sedang menghafal musnad imam
ahmad dan sudah hafal 2/3 nya... anta tau kan kitab-kitab
tersebut tebalnya seperti apa? itu hanya masih tebalnya, belum
isi dari kitab tersebut... BERAPA BANYAK HADITS YANG
TERDAPAT DI KITAB ITU? Masya Allah.
Dan yang akan lebih mengherankan anta adalah, MEREKA
BUKAN HANYA HAFAL MATAN HADITSNYA... NAMUN SAMPAI
KE RIJALUL HADITS, PERAWI INI LAHIR TAHUN SEKIAN,
MENINGGAL TAHUN SEKIAN, MENGAMBIL HADITS DARI
SIAPA SAJA, DINYATAKAN TSIQAH ATAU TIDAK OLEH
'ULAMA, HINGGA DIA BISA MENENTUKAN SENDIRI SANAD
HADITS TERSEBUT SHAHIH ATAU TIDAK TANPA MENCATUT
PERKATAAN SEORANG MUHADDITS SEPERTI SYAIKH ALBANI
KALAU HADITS TERSEBUT SHAHIH..."
"Masya Allah, merasa tidak punya apa-apa ustadz ketika
menyadari di belahan bumi lain ada yang mempelajari agama
hingga seperti itu..."
"Na'am, ana pun demikian... kalau anta ingat, ustadz erwandi
tarmidzi pernah bilang seperti ini. "Janganlah kalian bangga
ketika sudah hafal al qur'an, karena memang itu belum ada
apa-apanya di kalangan penuntut 'ilmu, dan janganlah kalian
bangga ketika sudah hafal hadits arbain, karena itu sudah
sangat lazim di kalangan penuntut 'ilmu, janganlah kalian
menjadi sombong dengan sedikitnya 'ilmu yang kalian miliki...
karena bukannya 'ilmu itu akan bertambah malah bisa jadi akan
berkurang. hafal qur'an hanyalah pintu untuk antum memasuki
dunia para 'ulama, hadits arbain hanyalah dasar pijakan
pertama antum memasuki dunia para 'ulama, namun kalian
belum pantas disebut 'ulama..."
"Masya Allah, banyak faidah dari obrolan ini ustadz..."
"Jamil, makna dari zuhud itu apa? Al Faqir Wal Masakin kah?
atau seperti apa menurut anta?"
"Yang ditanya tidak lebih mengetahui daripada yang ditanya
ustadz..."
"Ahsanta, Barakallahu fiik, zuhud adalah ketika kita mampu
meninggalkan apa-apa saja yang tidak bermanfaat untuk
kehidupan akhirat kita, al mislu: nonton YKS bermanfaat tidak
untuk kehidupan akhirat kita?"
"Tidak ustadz."
"Jamil, maka tinggalkanlah hal yang serupa dengan itu dalam
urusan duniawi kita kalau tidak bermanfaat untuk kehidupan
akhirat kita... itulah zuhud."
"ahsanta, lalu kenapa 'ulama dari mauritaniyyah tidak terkenal
ustadz?"
"karena kebiasaan mereka... mereka lebih disibukkan untuk
belajar dan mengajar. Tidak ada yang namanya safari dakwah
atau khuruj ke suatu tempat dan yang semisalnya... kalau kita
butuh beliau, ya kita yang mengunjungi beliau... sebenarnya
banyak 'ulama dari mauritaniyyah, coba saja cari 'ulama yang
berakhiran 'as sinqithi'. Mereka adalah hasil didikan adat
menuntut 'ilmu ala mauritaniyyah..."
"syukran atas tadzkirahnya ustadz."
"'afwan, sebenarnya ana juga sedang muhasabah diri, kalau diri
kita belum dididik dengan sistem seperti itu, berarti tugas kita
untuk mendidik anak cucu kita dengan sistem yang mereka
miliki..."

Reply · Report Post