infoBMKG

BMKG · @infoBMKG

30th May 2016 from TweetCaster

GEMPABUMI MERBABU DIPICU AKTIVITAS SESAR AKTIF

Senin pagi (30/5/2014), gempabumi tektonik mengguncang lereng sebelah utara Gunung Merbabu (3.145 meter dpl). Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa gempabumi Merbabu terjadi pada pukul 05.34.11 WIB dengan kekuatan M=2,5 Skala Richter (SR) dengan episenter terletak pada koordinat 7,39 LS dan 110,42 BT, pada kedalaman hiposenter 9 kilometer.

Guncangan cukup kuat dilaporkan dirasakan di wilayah Desa Jogonayan Kecamatan Ngablak-Magelang yang berjarak sekitar 12 kilometer arah baratdaya Kota Salatiga. Episenter hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa pusat gempabumi terletak terletak di zona sesar aktif yang terdapat di lereng utara Gunung Merbabu.

Meskipun guncangan gempabumi ini dilaporkan hanya mencapai skala intensitas II MMI (I SIG-BMKG), namun demikian sempat membuat warga Kopeng dan Ngablak panik. Ini disebabkan karena kekhawatiran warga yang selalu mengkaitkan setiap aktivitas gempabumi di lereng gunung sebagai aktivitas gunungapi. Beberapa pertanyaan sempat dilontarkan warga, apakah guncangan yang terjadi merupakan gempa vulkanik atau gempa tektonik?

Gempabumi yang mengguncang kawasan lereng utara Merbabu pagi tadi bukanlah gempa vulkanik. Ini tampak dari anatomi gelombang gempa yang tercatat oleh sensor gempabumi di Jepara, Semarang, Sleman, dan Gunungkidul. Seluruh catatan menunjukkan bahwa gempabumi yang terjadi merupakan gempabumi tektonik akibat aktivitas sesar aktif. Dalam catatan seismogram tampak jelas adanya selisih antara gelombang P dan S yang singkat, sekitar 8 detik, yang menunjukkan aktivitas gempa tektonik berkedalaman dangkal.

Berdasarkan peta geologi, kawasan lereng utara Gunung Merbabu memang terdapat sebaran struktur sesar. Pola penyesaran yang ada kebanyakan berarah utara-selatan, dan di antaranya memotong Gunung Telomoyo. Keberadaan sistem sesar di lereng gunung umumnya terbentuk akibat adanya fenomena gravity tectonics. Hal ini terjadi karena ketika massa batuan dan material erupsi dalam skala besar yang terjadi pada masa lalu menumpuk sebagai beban massa, maka terbentuklah struktur geologi berupa lipatan dan sesar dengan gaya internal yang dipicu oleh gravitasi Bumi.

Terkait dengan kuatnya guncangan gempabumi, maka dapat dijelaskan bahwa meskipun megnitudo gempabumi ini relatif kecil, hanya M=2,5 SR, tetapi guncangan dirasakan cukup kuat. Hal ini disebabkan karena di samping kedalaman hiposenternya yang dangkal, guncangan kuat dapat terjadi karena dipicu olah fenomena efek tanah setempat (local site effect).

Efek kondisi tanah setempat memang dapat menyebabkan terjadinya perbesaran getaran gempabumi. Hal ini sangat mungkin terjadi, mengingat kawasan Kopeng-Ngablak didominasi oleh lapisan tanah gembur dan berpasir serta batuan di bawahnya tersusun oleh lapisan tuffa (abu gunungapi) yang memiliki kepadatan bervariasi.

Terjadinya guncangan kuat juga dapat disebabkan oleh fenomena efek topografi, mengingat daerah ini sebagian besar medannya berupa perbukitan dengan kemiringan cukup terjal. Efek topografi terjadi berkaitan dengan meningkatnya percepatan getaran tanah akibat kondisi medan yang berbukit-bukit.

Terkait peristiwa gempabumi di lereng Merbabu tadi pagi, masyarakat setempat dihimbau agar tetap tenang, karena gempabumi yang terjadi merupakan gempabumi tektonik dengan magnitudo kecil, yang tidak akan menimbulkan kerusakan dan tidak membahayakan warga.***

Daryono
Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG
Twitter: @daryonobmkg

Reply · Report Post