GEMPABUMI PACITAN AKIBAT SUBDUKSI LEMPENG

Hari Kamis (25/8/2016), wilayah pesisir selatan Jawa dari Bantul, Gunungkidul, Pacitan, hingga Trenggalek diguncang gempabumi tektonik. Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa gempabumi terjadi pada pukul 14.36.51 WIB dengan kekuatan M=4,4 Skala Richter. Pusat gempabumi terletak pada 8,77 LS dan 111,15 BT, tepatnya di laut pada jarak 65 km arah tenggara Pacitan di kedalaman 40 km.

Hasil analisis peta tingkat guncangan (shake map) BMKG menunjukkan bahwa dampak gempabumi berupa guncangan cukup kuat dirasakan di daerah Bantul, Gunungkidul, Pacitan, Ngadirojo, Panggul, dan Munjangan pada skala intensitas II SIG BMKG (II-III MMI). Di daerah tersebut, beberapa warga terkejut dan sempat berlarian keluar rumah untuk menyelamatkan diri akibat guncangan gempabumi yang terjadi secara tiba-tiba, namun demikian hingga saat ini belum ada laporan kerusakan.

Hasil monitoring BMKG menunjukkan hingga saat ini belum terjadi gempabumi susulan. Untuk itu kepada masyarakat pesisir selatan Jawa dari Bantul hingga Trenggalek dihimbau agar tetap tenang mengingat gempabumi yang terjadi tidak berpotensi tsunami.

Gempabumi Pacitan ini jika ditinjau dari lokasi episenter dan kedalamanya merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktivitas subduksi lempeng. Dalam hal ini Lempeng Indo-Australia menyusup ke bawah lempeng Eurasia dengan laju 67 mm/tahun. Kondisi ini menjadikan kawasan Samudera Hindia Selatan Jawa menjadi kawasan yang rawan gempabumi dan tsunami berkaitan aktivitas subduksi lempeng.

Catatan sejarah gempabumi menunjukkan bahwa di zona ini pada tanggal 20 Oktober 1859 pernah terjadi gempabumi kuat (M=7,5) yang diikuti tsunami kecil. Selanjutnya pada tanggal 27 September 1937 kembali terjadi gempabumi kuat (M=7,2) dengan skala intensitas mencapai IV-V SIG BMKG (VII-IX MMI), hingga menyebabkan ribuan rumah rusak berat di Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian selatan.***

DARYONO
Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG
Twitter: @infobmkg

Reply · Report Post